Kamis, 12 Januari 2017

Kadang iyo lo nak ah?


Kecek urang nan iduik digunuang lamak tingga dipantai, kecek urang nan tingga dipantai lamak iduik gunuang. Katiko musim paneh, wak merindukan turun hujan, katiko musim hujan wak merindukan datangnyo paneh.

Diam dikampuang taragak pai marantau, lah pai marantau taragak nak capek-capek pulang. Wakatu tanang sibuk mencari keramaian, dikala ramai kalimpasiang mencari ketenangan. Katiko nganggur paniang nyari karajo, lah dapek karajo bangkaka nak mintak libur.

Katiko bujang mangaluah ingin capek babini, lah dapek bini mangaluah nak capek punyo anak. Lah punyo anak "yo barek hiduik ko yuang, maha biaya iduik kironyo"

Ternyata sesuatu itu nampak indah sebelum kita miliki. Jadi kapan kebahagian itu kita dapatkan kalau kita hanya memikirkan apa yang belum kita punya tapi mengabaikan apa yang telah kita miliki saat ini? jiiaaah, kadang yo mode tulah manusia

Mungkinkah sehelai daun bisa menutupi bumi yang luas ini?? Mustahil, untuak manutuik tapak tangan se payah. Tapi andaikan daun yang kecil itu talampok dimata kita, maka kalamlah dunia sabalik sibuatnya.

So, Jadilah pribadi yang selalu bersyukur dengan apa yang kita punya kecek Pak Mario Teguh. Alun tantu apo yang wak punyo kini ko ado diurang lain lai.

Lah, itu se nyo..

Senin, 19 Januari 2015

KISAH CINTO

Dulu, sangkek zaman Datuak Maringgih masih ketek aku hanya sendiri memperjuangkan dirimu untuk kumiliki. Berbagai cara kutempuh agar kamu tahu betapa besarnya cintaku dan sangat inginnya kamu kurengkuh. Berharap kamu mau walau hanya sekedar melirikku lalu melihatku bahwa aku lah lelaki yang tepat untuk jadi Bapak dari anak-anakmu kelak

Dan ketika kamu berhasil kumiliki aku sempat merasakan sebuah kemenangan dan kebahagian. Bahagia yang tak terkira sama bahagianya seperti Semen Padang yang berhasil menaklukkan Real Madrid 7-0. Meski bagiku itu baru kemenangan kecil yang demi mempertahankannya juga perlu perjuangan. Ya, berjuang. Berjuang meyakinkan mereka-mereka nan indak satuju, tamasuak Amak kau tu

Malawan pejuang-pejuang lain yang coba mengganggu, berjuang mengatasi Egoku dan memastikan kesetiaanmu padaku. Tapi diriku bahagia setelah ada kamu,  jiwaku yang kariang masiak;pun kau aliri dengan kasih sayangmu, dan aku pun tak lagi berjuang sendiri kita berjuang bersama-sama, bercanda, tertawa, menangis, bahagia serta bermanja-manja bahkan pai bokerpun kamu mintak dikawanin juga.

Kita pernah yakin suatu saat kita akan saling memiliki, kita pernah percaya bahwa kemenangan yang diperoleh dengan perjuangan berat, melewati banyak rintangan-rintangan hebat sandungan kerikil-kerikil asmara nantinya akan lebih nikmat dibanding kemenangan yanng didapat dengan biasa-biasa saja.

Lalu kita terus berjuang mausahoan kemenangan itu menjadi sempurna dan indah pada wsktunya hingga ke kantua KUA, sudah tu dirayakan dalam sebuah resepsi pernikahan yang meriah. Baralek tujuah hari tujuah malam bak cando pilem India, maundang orgen Rayola jo Ratu Sikumbang ka jadi bintang tamunya.

Tapi…
Tapi ujuang dari setiap perjuangan itu sejatinya hanya ada dua: kalau ndak manang ndak kalah. Dan hanya karena suatu kesalahan “Kecil” pada malam itu, kau hampehan kasadanya hingga rame, kau renggut semuanya hingga menyisakan duka

Terlepas dari itu semua kuterima kekalahanku, entah karena aku mengalah atau entah karena aku menyerah, antahlah nggak tau doh. Tapi yang jelas, lelah mengalah dan menyerah hasilnya sama, ya, “AKU KALAH”

Nyatanya aku hanyalah juara sementara. Tak lebih dari seorang pecundang pilem India itu pula “Manang dulu mati kudian” eh, sasek maksud nya “Menang di awal untuk kemudian kalah di akhir cerita”

Aku sempat shok, kajang-kajang, muncuang babusa, galau kecek urang kini, marah, tapi kemudian aku hanya bisa pasrah merelakan piala yang sempat sesaat kugenggam kini dirangguik direngkuh dan dikecup oleh orang lain, oough..

Pada akhirnya aku sendiri lagi walau ternyata perjuangan belum berhenti. Iya aku masih harus berjuang kembali, berjuang untuk melupakanmu yang terlanjur kuat lakek disini. Disini ya direlung kalbu, hingga aku tertawa galak-galak surang sambia berpura-pura menghibur diri..

Dan pada intinya indak jadi baralek taun 2015 ko doh ditunda dulu. Urang lah masang PP anak nyo masiang-masiang nan awak cinta ka cinta juo baru 

Sabtu, 17 Januari 2015

Langau Ijau di Blogku

Jaring laba - laba dan langau ijau sudah mulai bersarang di Blog ini, Setelah sekian lama saya tinggalkan. Maafkan kak Blogku :( … Sebenarnya saya sangat tidak tega membiarkanmu sendiri seperti ini. Tapi apa hendak di kata, saya benar-benar tidak bisa bersamamu beberapa hari lalu. Yang biasanya saya merangkai kata-kata yang saya sendiri tak tau maknanya dan kamu blogku pasrah dan ikhlas untuk di tuangkan segala apa yang ada dikepalaku. Yah saya mungkin terkena penyakit anak trend masa kini “GALAU” hkhkhkhkh

Walau saya tidak tau definisi galau yang sebenarnya, tapi saya akan mempantenkan jenis galau yang saya alami. Yah tak ada semangat berbuat apa-apa lagi, malas bangun pagi walau memang saya agak pamaleh kini, terseyum sulit, apalagi merasakan bahagia.

Sekilas nampak hepi-hepi aja, tapi setelah itu kembali lagi “galau lagi”. Banyak masalah yang menimpaku yang saking banyaknya saya tidak bisa menuliskannya satu per ciat (yeehh segitunya :D ota se tu nyo) heheh baserak serak deh semua tulisanku jadinya

Sendiri melamun ke angkasa, perlahan lamunanku masuk-masuk kedalam, yah tak tau kedalam mana. Yang jelasnya lamunanku seakan berbicara, dia bilang “Wahai dun surau”, Janganlah sedih dan berdiam diri saat kau di timpa masalah. Masalah tak lain adalah alat agar mampu lebih memperkuat dirimu, Carilah cara agar bisa keluar dari sesuatu yang tidak bisa membahagiakanmu, bangkit dun surau, bangkit, percayakan pada dirimu”.

Lamunanku seakan punya nyawa juga bicara. Tapi karena itulah saya kembali menuai cinta bersama Blog usang ini lagi. hahaha
 
Salam.

Jumat, 23 Mei 2014

KEPADA CAPRES DAN CAWAPRES

Kepada Bapak Jokowi/JK dan Prabowo/Hatta.. Siapa pun diantara kalian yang terpilih beka menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, kami tak peduli karena secara pribadi kami tak mengenal kalian. Kami hanya tau kalian dilayar kaca, dikoran-koran, diberita Online dan dari muncung kemuncung.. Diberitakan secara update tentang sepak terjang kalian, tentang sisi buruk dan sisi elap kalian.

Sejujurnya kalau boleh memilih, kami tak akan memilih kalian, bukannya kami berprasangka buruk dengan muka kami yang gagah-gagah ini, huahaha.. tapi kenyataannya Koalisi partai bukan untuk kepentingan rakyat, tapi untuk bagi-bagi kekuasaan. Lihat saja nanti siapa yang akan mengisi posisi Menteri? Bukan dari kalangan yang ahli dibidangnya, tapi sudah tentu dari kalangan partai yang mendukung kalian.

Tapi apa boleh buat, kemenga kami lay..?? Kami harus memilih, kami harus mencucuk kalian.. Kami bukan rakyat bodoh, tapi untuk pintar pun kami percuma, siapa yang akan mendengarkan kecat kami? Suara kami seperti suara koncat dalam tempurung kerambil, tak ada gunanya. Kami tau biaya untuk menjadi Presiden itu tidak seketat, puluhan Milyar pitis mengalir tak bersisa untuk pencitraan diri, padahal gaji seorang Presiden untuk lima tahun itu tak lebih dari lima Milyar.

Lalu apa yang kalian cari? Berkorban pitis untuk mensejahterakan rakyat? Mustahil rasanya..!! Apakah untuk mensejahterakan rakyat harus dengan menjadi Presiden? Hohoho jadi tukang panjat kerambil atau jadi toke umang-umang saja bisa mensejahterakan rakyat Pak,, bagikan saja keuntungan jual kerambil atau umang-umang kepada rakyat, sejahtera lah rakyat jadinya..

Jadi untuk itu tak banyak yang kami pinta, tak gedang yang kami nia. kami hanya ingin keadilan, kesetaraan dan kemakmuran untuk kesada rakyat Indonesia, biar nak senang dalam hati sejuk dalam kira-kira. Ingat Pak.. Indonesia itu bukan Jakarta saja..!! Indonesia itu bukan pulau Jawa saja..!! Tapi Indonesia adalah dari Sabang sampai Merauke, dari yang pakai kutang sampai yang pakai konde, dari Bukik Gadang sampai ka bukik nan sagadang toge, dari Aceh hingga Papua pak, dari yang pakai serawa hingga yang pakai koteka saja. Jangan kami disewenang-wenangkan dan ditidak adilkan dengan pembangunan yang tidak merata. Kalau di Jakarta dibangun gedung pencakar langit, maka di Sumatera atau di pulau lain juga harus dibangun gedung yang sama, jangan hanya dibangun Jamban kelas melati saja.

Jangan lukai hati kami dengan kader-kader kalian yang Korupsi. Pedih hati ika Pak mendengar pejabat-pejabat yang seenaknya mencilap pitis rakyat dengan jumlah yang Milyaran, padahal bagi kami mencari pitis untuk makan saja sesak-sesak engap kami dibuatnya, tak jarang kami makan hanya dengan goreng sapat atau maca hangus. Jangan Korupsi ya Pak, Jangaaan..! Atau emang jangan-jangan itu yang kalian rencanakan..
Jangaaaan..!!
Jangan sampai kami bercarut-carut. .!!
Tolong diingat Pak..

Sebenarnya kami telah muak dengan Negri galadia ini, lah muak kami Pak mecelik kesadanya.  Demokrasi hanya topeng untuk pencitraan kepada dunia..!! Ingin rasanya kami golput, apatis dan tidak peduli lagi dengan apa yang kalian perbuat tapi rasa Cinta kami kepada Negara ika, rasa Nasionalisme kami kepada Ibu Pertiwi mengalahkan kesada kebencian itu..!! Garuda tetap didada kami. Merah Putih selalu berkibar dihati sanubari kami..!!

Dah itu saja dari kami Pak.. Lah keriting jari tangan saya dek menulis, lah berjabur-jabur air liur saya dek mangecat. Penat saya Pak.. Penat bena..

Selasa, 08 April 2014

AYAH

Untuak Ayah nan kini sadang tersenyum maliek anak-anaknyo nan lah gadang dari kejauhan sana. tulisan ko Ambo ukir dari hati agar ia tahu seperti apa rasa rindu ini padanya.

Ayah masih ingek ndak Yah, caro Ayah ma'ajaan Ambo mangayuah sapeda, baa Ambo nan acok tajatuah lalu kalukuran?

Masih takana ndak Yah? Ndak paduli saroman apo Ambo manangih ndak paduli saroman apo Ambo marengek jo bamanjo, perhatianmu membuek Ambo paham Yah arti tertatih menuju bahagia jo menjago diri katiko lah beranjak dewasa

Caramu babeda Yah...
Ndak saroman Ayah mereka , Ayah tuntun Ambo kareh untuak mengenal si lembut. Ayah bimbiang Ambo lantang manantang maut dan pantang untuak berlutut, Ayah tinggaan Ambo surang di nan kalam supayo manjo ndak lamo tapauik, Ayah tuntun Ambo kuaik sahinggo lamah pun manjadi takuik.

Halusmmu... Candamu... Tegasmu... Semua demi Ambo nan sampai kini masih ndak mambaleh guno.

Hangatmu... Suaramu... Tegarmu... Semua demi Ambo anakmu nan sampai kini masih bamanjo-manjo. 

Katiko sadiah menghampiriku Ambo dulu, Ayah pun perih manahan sambilu, bajalan di antaro hujan manahan dingin angin baduo diateh pundakmu, apopun Ayah lakukan demi senyum dan tawa Ambo, hanya demi maliek senyum dan tawa riang di bibia Ambo nan kecil dulu.

Tapi baa kok capek bana Ayah pai..?
Lamah pasandian Ambo dirantau urang yah, cando patuih disiang bolong mandanga kaba dari kampuang nan Ayah sadang sakik parah. Indak kayu janjang di kapiang Yah, tibo Ambo dirumah

Baguncang bumi Ambo pijak ..
Raso ka lapeh angok dibadan ..
Mamakiak Ambo ka langik katujuah mancaliak Ayah tabujua kaku ndak basuaro ditangah rumah. Padiaaah Yaah, ndak ado hal nan bisa Ambo lakuan salain do'a jo lantunan ayat suci Al-Qur'an nan Ambo baco satiok sudah sumbayang. Cuma itu

Apo ayah pernah tau? Manitiak aia mato Ambo yah maliek Amak malap paluah di kaniangnyo sadang basiyang diparak urang untuak mancari pitih pambali bareh, bareh bakutu Yah nan kami makan..

Padiah batin Ambo Yah maliek pandangan kosong katiko Amak manyusun foto Ayah di ateh meja, pacah jiwa Ambo Yah maliek Amak mando'aan Ayah jo linangan aia mato nan bajatuahan di ateh sajadah.

Sampaikan do'a Ambo ka Tuhan yah..
  bismillahirrahm anirrahim..
 ''YA...ALLAH... Berikan padaku saja kelelahan yang diderita ibunda, jadikan aku tameng ia yang tercinta. Angkat segala pedih perih di tubuhnya, ganti semua lelah dengan senyum ceria di wajahnya'' amin 

 Teruntuk Ayahanda, nantian kami di situ, di tampek nan Allah janjiaan untuak hamba2-Nyo nan sholeh jo sholeha.

Akan Ambo siapkan bekal untuak menemukanmu di SurgaNya. 

 Ayah..ana uhibbuka fillah 

Sabtu, 05 April 2014

Co pikia pakai utak ketek

Antahlah.. Muluik kalian manih.. Gaya kalian salangik.. Foto dipajang jo muko janiah.. Janji ditulis cando urang ndak badoso.. Padohal hati kalian busuak.. Utak kalian panuah jo duto.. Jikok tapiliah ka bakarajo untuak rakyat.. Mengabdikan diri untuak masayarakat..

Maaf Yuang.. Sorry Piak.. Kami awam tapi ndak bodoh.. Kami mangarati kalau kemampuan kalian ndak ado.. Nan ado hanyo nafsu dunia.. Kalian hanyo taragak sanang.. Makan gaji buto walau ndak pernah maraso kanyang.. Jalan-jalan jo paruik gadang.. Mintak jatah proyek malam, pagi, siang jo patang.. Woi kalian nan jadi Caleg jo calon pemimpin.. Nan tiok sabanta kampanye pencitraan.. Mampromosikan diri kalau kalian santiang surang..

Tolong kalian dangakan pitaruah kami ko.. Sabarih jan dihilangkan, satitiak jan dilupokan.. Jadi pidoman siang jo malam.. Suluah dinan kalam, Palito iduik dinan karuah, Tungkek dinan rabah..

Pemimpin itu dipiliah bukan mamintak-mintak untuak dipiliah.. Bukan mangemis-ngemis supayo diangkek.. Kami paralu pemimpin bukan panguaso.. Pemilu adolah pesta demokrasi bukan tampek untuak barabuik kuaso.. Bukan ajang untuak baleh dandam jo manumpuak harato..

Kami muak kami bosan jo nagari galadia ko.. Nagari nan panuah jo rekayasa.. Sejarah nan diputa baliakan dek nan bakuaso.. Taragak rasonyo kami pindah jo maninggakan nagari kacau balau ko.. Tapi iko tanah tampek lahia kami.. Raso cinto jo nasionalisme kami mangalahkan banci kami kapado kalian wahai Mancik-mancik Senayan..

Kalau emang rasonyo niat tu buruak.. Mancari pitih jo jalan pinteh.. Rancak bapikia ulang.. Jan sampai sasa tibo dikamudian hari.. Anak bini manangguang akibatnyo.. Badan diri maringkuak dalam pinjaro.. Didunia taseso, diakhiraik binaso..


Kamis, 06 Februari 2014

Jangan Panggil aku ''si Padang''

Yobana ilang aka ambo mancaliak antah dari ma kisah ko bamulo antah, ketika pada akhirnya Orang Minang justru di imbau sebagai Orang Padang, sajak sisuak sampai kini kesalahan tu terus mengalir begitu saja.

Sepertinya kita anak negeri penghuni Ranah Minang tenang-tenang saja, dan sepertinya pula kita Orang Minang sudah membenarkan dengan begitu saja ketika kita yang terlahir di Bukittinggi, ketika kita yang terlahir di Lima Puluh Kota misalnya, justru kita dipanggil sebagai Orang Padang. 

Sebutan Orang Padang ko agaknyo yobana lah lakek di banak urang banyak ketimbang maimbau Orang Minang. Padahal sesungguhnyo bana Padang itu sendiri hanyalah setumpak kecil wilayah dalam hamparan luas Ranah Minang nan rancak sangaik.

Tapi baa kok urang lua tu, atau urang urang nan salain dari suku Minang lah lidahnyo justru lebih fasih menyebut istilah Orang Padang ketimbang Orang Minang..

Mereka lebih terbiasa menyebut Adat Padang ketimbang Adat Minang, mereka terbiasa menyebut Bahasa Padang ketimbang Bahasa Minang, dan kitapun sadar atau tidak dimana tanah parantauan dipijak terlalu sering melabeli diri dengan label ''Padang'' daripada ''Minang''

Maka nan tanamo justru Rumah Makan Padang bukan Rumah Makan Minang, padahal di kota Padang itu sendiri ndak do Rumah Makan Padang do, meski lamak Sate Padang dirantau urang menjadi buah bibia di urang banyak, namun bukankah di Ranah Minang itu sendiri Sate Padang yang sesungguhnya justru kalah pamor jo Sate Pariaman, Sate Danguang-Danguang atau sate Padang Panjang….? Bahkan lamak jo sate di kelok Juma-aik lae nan dibawah Simpang Kik Adang tu ha..hahhaaa

Kita sendirikah yang telah membengkokkan sebuatan Minang menjadi Padang…? Ataukah memang kita sepakat dan setuju dengan begitu saja katiko darah minang nan mengalir dibadan wak koha disabuik sebagai darah Padang..?

Begitu pula agaknya kenapa setiap kubuka jendela pesbuk-ku ado se kawan kawan lamo nan manyapo, ''ba kaba Padang kawan?'' Kami lah taragak Jam Gadang jo Ngarai Sianok 'ha. Bahkan kawan ambo di rantau nan kampuang nyo di Suliki ten ha sato sato lo manyabuik ''rindu pulang ka Padang''

Maka berkali-kali pula ambo maluruihan pertanyaan dan pernyataan sahabat-sahabatku itu bahwa: ''wak ndak di Padang do! Ngarai Sianok jo Jam Gadang tu bukan di Padang, tapi di Bukittinggi, Suliki tu 150 km labiah dari kota Padang, baa kok sato lo manyabuik taragak pulang ka Padang Mpuang…? ''Oh, Bukittinggi jo Padang samo se tu nyo.. (keceknyo)

Begitulah tragisnya sahabat-sahabatku sering salah paham dalam membayangkan Ranah Minang, begitu makin populernya istilah Orang Padang ketimbang Orang Minang, makanya kalau ada yang mengatakan bahwa Orang Padang itu pelit, saya jawab iya…! 
Kalau ada yang bilang Orang Padang itu licik, saya jawab iyaa juga…!
Kalau ada yang bilang Orang Padang itu doyan ngibul, gadang ota, gadang suaro, gadang garegak, gadang karengkang, gadang sarawa….

Ya…saya jawab iya…!

Lho kok iya? Yaa…. iyaaa aja…

Habis saya bukan Orang Padang siiih…saya kan Orang Bukittinggi..! alias Bukik Gadang.

Begitu selalu kelakar ringan ini sering saya pelintir untuk sekedar menghibur diri ketika ke-MINANG-anku terasa begitu mengganjal saat aku dipanggil sebagai ''Si Padang''. 


EJK