Senin, 19 Januari 2015

KISAH CINTO

Dulu, sangkek zaman Datuak Maringgih masih ketek aku hanya sendiri memperjuangkan dirimu untuk kumiliki. Berbagai cara kutempuh agar kamu tahu betapa besarnya cintaku dan sangat inginnya kamu kurengkuh. Berharap kamu mau walau hanya sekedar melirikku lalu melihatku bahwa aku lah lelaki yang tepat untuk jadi Bapak dari anak-anakmu kelak

Dan ketika kamu berhasil kumiliki aku sempat merasakan sebuah kemenangan dan kebahagian. Bahagia yang tak terkira sama bahagianya seperti Semen Padang yang berhasil menaklukkan Real Madrid 7-0. Meski bagiku itu baru kemenangan kecil yang demi mempertahankannya juga perlu perjuangan. Ya, berjuang. Berjuang meyakinkan mereka-mereka nan indak satuju, tamasuak Amak kau tu

Malawan pejuang-pejuang lain yang coba mengganggu, berjuang mengatasi Egoku dan memastikan kesetiaanmu padaku. Tapi diriku bahagia setelah ada kamu,  jiwaku yang kariang masiak;pun kau aliri dengan kasih sayangmu, dan aku pun tak lagi berjuang sendiri kita berjuang bersama-sama, bercanda, tertawa, menangis, bahagia serta bermanja-manja bahkan pai bokerpun kamu mintak dikawanin juga.

Kita pernah yakin suatu saat kita akan saling memiliki, kita pernah percaya bahwa kemenangan yang diperoleh dengan perjuangan berat, melewati banyak rintangan-rintangan hebat sandungan kerikil-kerikil asmara nantinya akan lebih nikmat dibanding kemenangan yanng didapat dengan biasa-biasa saja.

Lalu kita terus berjuang mausahoan kemenangan itu menjadi sempurna dan indah pada wsktunya hingga ke kantua KUA, sudah tu dirayakan dalam sebuah resepsi pernikahan yang meriah. Baralek tujuah hari tujuah malam bak cando pilem India, maundang orgen Rayola jo Ratu Sikumbang ka jadi bintang tamunya.

Tapi…
Tapi ujuang dari setiap perjuangan itu sejatinya hanya ada dua: kalau ndak manang ndak kalah. Dan hanya karena suatu kesalahan “Kecil” pada malam itu, kau hampehan kasadanya hingga rame, kau renggut semuanya hingga menyisakan duka

Terlepas dari itu semua kuterima kekalahanku, entah karena aku mengalah atau entah karena aku menyerah, antahlah nggak tau doh. Tapi yang jelas, lelah mengalah dan menyerah hasilnya sama, ya, “AKU KALAH”

Nyatanya aku hanyalah juara sementara. Tak lebih dari seorang pecundang pilem India itu pula “Manang dulu mati kudian” eh, sasek maksud nya “Menang di awal untuk kemudian kalah di akhir cerita”

Aku sempat shok, kajang-kajang, muncuang babusa, galau kecek urang kini, marah, tapi kemudian aku hanya bisa pasrah merelakan piala yang sempat sesaat kugenggam kini dirangguik direngkuh dan dikecup oleh orang lain, oough..

Pada akhirnya aku sendiri lagi walau ternyata perjuangan belum berhenti. Iya aku masih harus berjuang kembali, berjuang untuk melupakanmu yang terlanjur kuat lakek disini. Disini ya direlung kalbu, hingga aku tertawa galak-galak surang sambia berpura-pura menghibur diri..

Dan pada intinya indak jadi baralek taun 2015 ko doh ditunda dulu. Urang lah masang PP anak nyo masiang-masiang nan awak cinta ka cinta juo baru 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar